Makassar, 21 September 2025 — Dalam rangka memperingati Hari Perdamaian Internasional, Aliansi Perdamaian bersama Kita Bhinneka menyelenggarakan kegiatan “Peace and Cultural Day: Suara untuk Keadilan, Berjuang Tanpa Kekerasan!” di area Car Free Day (CFD) Boulevard, Makassar, Minggu (21/09). Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai komunitas, tokoh lintas agama, seniman, dan masyarakat umum, serta mendapat dukungan penuh dari CPCD Universitas Hasanuddin (Unhas).

Acara berlangsung meriah sejak pagi dengan menampilkan beragam pertunjukan budaya yang merefleksikan semangat kebhinekaan. Mulai dari atraksi barongsai, tari empat etnis, pembacaan puisi, hingga dongeng yang mengangkat nilai-nilai perdamaian. Keberagaman penampilan ini menjadi simbol nyata bahwa perbedaan budaya justru bisa menjadi perekat untuk memperkuat harmoni.

Salah satu momen penting dalam rangkaian perayaan peace and cultural day adalah doa lintas iman yang dipimpin oleh empat tokoh agama, masing-masing dari Islam, Kristen, Katolik, dan Buddha. Doa bersama ini menjadi pengingat akan pentingnya saling menghargai perbedaan keyakinan sebagai fondasi untuk membangun perdamaian di tengah masyarakat majemuk.

Setelah doa bersama, peserta diajak menyaksikan prosesi simbolis pelepasan burung merpati yang menjadi lambang kebebasan sekaligus harapan akan terwujudnya kehidupan yang damai tanpa kekerasan.

Selain menikmati pertunjukan budaya, para pengunjung juga berkesempatan mengunjungi area Peace Insight Exhibition. Pameran ini menampilkan hasil-hasil diskusi dan isu-isu perdamaian yang telah dirumuskan oleh para pemuda dalam Konferensi Pemuda Perdamaian yang digelar pada 30 Agustus 2025 di Aula LPPM Unhas. Melalui pameran ini, masyarakat dapat melihat gagasan konkret anak muda dalam mendorong terciptanya ruang sosial yang inklusif dan berkeadilan.

Menjelang akhir acara, para peserta turut serta dalam aksi simbolik bertajuk “Peace in Our Hands”. Dalam kegiatan ini, setiap peserta mewarnai telapak tangannya dengan simbol sederhana seperti hati, merpati, atau pelangi menggunakan cat warna non-toxic. Mereka kemudian secara serentak menempelkan cap tangan di kain Wall of Peace. Aksi ini menjadi penanda sekaligus warisan kolektif bahwa masyarakat Makassar pernah hadir, berkontribusi, dan berkomitmen untuk menjaga perdamaian.

Christin Hutabessy sebagai mentor United for Peace menyampaikan bahwa perdamaian tidak hanya berhenti di kata-kata, melainkan perlu kita hidupkan di dalam tindakan nyata dengan kesadaran kolektif.

“Kami percaya bahwa perdamaian bukan hanya slogan, melainkan proses panjang yang membutuhkan keterlibatan semua pihak, khususnya generasi muda. Melalui momentum ini, kami ingin menegaskan komitmen dan harapan bagi kita semua yang hadir hari ini untuk terus menjadi bagian dari gerakan kolektif membangun masyarakat yang damai,” ungkapnya.

Dengan semangat “berjuang tanpa kekerasan”, kegiatan Peace and Cultural Day 2025 ini diharapkan mampu menginspirasi masyarakat luas untuk terus merawat kebhinekaan dan memperkuat persaudaraan lintas perbedaan.